Home / Articles / Human Metapneumovirus (HMPV) di Indonesia: Epidemiologi, Dampak Klinis, dan Respons Kesehatan Masyarakat

Human Metapneumovirus (HMPV) di Indonesia: Epidemiologi, Dampak Klinis, dan Respons Kesehatan Masyarakat

.
February 10, 2025
.
by Luthfi Mardiansyah
Screenshot 2025-02-10 154715

Human Metapneumovirus (HMPV) adalah virus saluran pernapasan yang signifikan dan
berdampak besar pada kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia, negara dengan
populasi padat dan infrastruktur kesehatan yang beragam, HMPV menjadi perhatian penting,
namun masih kurang diakui sebagai patogen penyebab infeksi saluran pernapasan. Artikel ini
bertujuan memberikan tinjauan komprehensif tentang HMPV dalam konteks Indonesia, dengan
membahas epidemiologi, manifestasi klinis, tantangan diagnostik, dan respons kesehatan
masyarakat. Selain itu, artikel ini juga mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan di Indonesia
dan memberikan rekomendasi untuk penelitian dan intervensi di masa depan.

1. Pendahuluan

Human Metapneumovirus (HMPV) adalah virus pernapasan yang pertama kali diidentifikasi
pada tahun 2001 dan termasuk dalam genus Metapneumovirus dari keluarga Paramyxoviridae.
Virus ini menyebabkan infeksi pernapasan yang serupa dengan infeksi yang disebabkan oleh
virus syncytial pernapasan (RSV), influenza, dan patogen virus lainnya. Meskipun sering
dianggap kurang dikenal dibandingkan virus pernapasan lainnya, HMPV merupakan penyebab
utama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak-anak dan orang dewasa. Di
Indonesia, sebuah negara dengan iklim beragam dan populasi besar, HMPV berkontribusi pada
beban penyakit infeksi tetapi masih menjadi patogen yang kurang dipelajari. Memahami
epidemiologi dan signifikansi klinis HMPV di Indonesia sangat penting untuk meningkatkan
respons kesehatan masyarakat dan hasil perawatan pasien.

2. HMPV: Gambaran Umum

2.1 Virologi dan Patogenesis
HMPV adalah virus RNA beruntai tunggal yang memiliki selubung. Virus ini terutama
ditularkan melalui tetesan pernapasan, yang menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan atas dan bawah. Virus ini dapat menyebabkan gejala yang bervariasi, mulai
dari gejala ringan seperti pilek hingga infeksi saluran pernapasan bawah yang parah,
terutama pada anak-anak, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
terganggu. HMPV memiliki wabah musiman, dengan insiden lebih tinggi pada bulan-
bulan yang lebih dingin, meskipun pola ini dapat bervariasi berdasarkan wilayah
geografis.

2.2 Biologi Molekuler
Genom HMPV memiliki panjang sekitar 13,2 kb dan mengkodekan beberapa protein,
termasuk glikoprotein permukaan (protein F dan G), yang bertanggung jawab untuk
masuknya virus ke sel inang dan penghindaran sistem kekebalan tubuh. Virus ini sangat
bervariasi secara genetik, dengan dua subkelompok utama, A dan B, yang masing-
masing terdiri dari beberapa genotipe. Subtipe ini berpengaruh terhadap penyebaran
virus dan pengembangan vaksin.

3. Epidemiologi Global HMPV

3.1 Prevalensi Global
HMPV merupakan penyebab utama infeksi pernapasan virus di seluruh dunia,
menyebabkan wabah musiman di daerah dengan iklim sedang dan tropis. Beberapa
penelitian memperkirakan bahwa HMPV bertanggung jawab atas 5-10% dari seluruh
ISPA dan merupakan penyebab utama bronkiolitis dan pneumonia pada anak-anak
kecil.

3.2 Penularan dan Faktor Risiko
Penularan HMPV terutama melalui tetesan pernapasan, dan dapat memengaruhi
individu dari segala usia. Namun, bayi, anak-anak kecil, orang tua, dan mereka dengan
kondisi medis yang mendasari atau sistem kekebalan tubuh yang terganggu berisiko
tinggi mengalami penyakit yang parah. Kondisi pemukiman yang padat, sanitasi yang
buruk, dan akses perawatan kesehatan yang tidak memadai berkontribusi pada
peningkatan penularan di negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang.

4. HMPV di Indonesia: Epidemiologi dan Dampak Klinis

4.1 Data Surveilans Nasional
Indonesia adalah negara kepulauan yang besar dengan kondisi iklim yang beragam,
yang memengaruhi prevalensi virus pernapasan. HMPV dianggap sebagai patogen
yang baru muncul, tetapi data surveilans masih terbatas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa HMPV merupakan patogen yang umum ditemukan pada anak-
anak dengan ISPA baik di rumah sakit maupun di poliklinik di Indonesia.

Penelitian dari beberapa provinsi, seperti Jakarta, Bali, dan Yogyakarta, menunjukkan
pola musiman dalam sirkulasi HMPV, dengan puncak insiden terjadi pada bulan-bulan
yang lebih dingin, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendefinisikan tren
epidemiologi yang tepat.

4.2 Manifestasi Klinis pada Populasi Indonesia
HMPV biasanya menyebabkan gejala pernapasan atas yang ringan hingga sedang pada
individu yang sehat, tetapi dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah yang
lebih parah pada kelompok yang rentan. Pada anak-anak, virus ini adalah penyebab
utama bronkiolitis dan pneumonia. Pada populasi lanjut usia, HMPV berhubungan
dengan eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit penyerta
lainnya.

Di Indonesia, di mana akses ke perawatan medis mungkin terbatas di daerah pedesaan,
infeksi HMPV terkadang tidak terdiagnosis atau tidak diobati, yang menyebabkan angka
morbiditas yang lebih tinggi dan potensi fatalitas.

4.3 Angka Rawat Inap dan Mortalitas
Data tentang angka rawat inap karena HMPV di Indonesia terbatas, namun
menunjukkan bahwa, seperti di bagian lain dunia, infeksi yang parah memerlukan
perawatan di rumah sakit, terutama pada anak-anak kecil dan orang dewasa lanjut usia.
Tingkat kematian lebih tinggi pada pasien dengan penyakit penyerta seperti asma,
penyakit jantung, atau gangguan kekebalan tubuh.

5. Tantangan Diagnostik di Indonesia

5.1 Akses Terbatas ke Alat Diagnostik
Kemampuan diagnostik untuk virus pernapasan di Indonesia bervariasi, dengan pusat-
pusat kota memiliki akses yang lebih baik terhadap tes laboratorium canggih seperti
PCR (Reaksi Rantai Polimerase) dan kultur virus. Sebaliknya, daerah pedesaan
seringkali hanya bergantung pada diagnosis klinis, yang dapat menyebabkan kesalahan
diagnosis atau ketidakdiagnosaan infeksi HMPV.

5.2 Tes Molekuler dan Serologis
PCR adalah standar emas untuk mendiagnosis infeksi HMPV, tetapi biaya dan
ketersediaan tes PCR di Indonesia dapat membatasi penggunaannya secara luas.
Metode diagnostik lain, seperti tes antigen cepat dan uji serologi, lebih jarang digunakan
tetapi dapat berperan dalam mendeteksi HMPV, terutama di daerah dengan sumber
daya terbatas.

6. Manajemen Klinis Infeksi HMPV

6.1 Strategi Pengobatan Saat ini, tidak ada pengobatan antivirus spesifik untuk infeksi HMPV. Penanganan
umumnya bersifat suportif, termasuk hidrasi, terapi oksigen, dan ventilasi mekanik pada
kasus yang parah. Bronkodilator dan kortikosteroid dapat digunakan pada beberapa
kasus, meskipun efektivitasnya masih diragukan.

6.2 Perawatan dan Rawat Inap
Di Indonesia, ketersediaan sumber daya kesehatan seperti unit perawatan intensif (ICU)
dan ventilator terbatas di daerah pedesaan, yang dapat memengaruhi manajemen klinis
pada kasus HMPV yang parah. Dibutuhkan infrastruktur yang lebih baik dan pelatihan
dalam pengenalan dini dan manajemen infeksi saluran pernapasan yang parah.

7. Pencegahan dan Pengendalian HMPV di Indonesia

7.1 Upaya Vaksinasi Saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk HMPV, tetapi penelitian mengenai
pengembangan vaksin sedang berlangsung. Mengingat iklim dan kepadatan penduduk
Indonesia, pengembangan vaksin HMPV bisa menjadi alat utama untuk mencegah
wabah di masa depan.

7.2 Intervensi Kesehatan Masyarakat
Strategi pencegahan berfokus pada langkah-langkah kebersihan, seperti mencuci
tangan secara teratur, memakai masker, dan mengurangi kontak dekat selama wabah.
Kampanye kesehatan masyarakat, terutama di daerah pedesaan, sangat penting untuk
mengedukasi masyarakat tentang risiko infeksi saluran pernapasan dan cara
mengurangi penularan.

7.3 Pengendalian Infeksi di Fasilitas Kesehatan
Praktik pengendalian infeksi yang lebih baik di fasilitas kesehatan sangat penting untuk
mencegah penularan nosokomial HMPV. Praktik ini meliputi prosedur isolasi ketat untuk
pasien yang terinfeksi, penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh tenaga medis, dan
skrining rutin untuk patogen pernapasan di rumah sakit.

8. Kesimpulan dan Arah Penelitian di Masa Depan
Beban penyakit HMPV di Indonesia tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat
karena adanya kesenjangan dalam surveilans, diagnosis, dan manajemen klinis. Pendekatan
multifaset yang mencakup peningkatan kemampuan diagnostik, peningkatan kesadaran
masyarakat tentang penyakit ini, serta peningkatan akses layanan kesehatan sangat penting
untuk mengurangi dampak HMPV. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sejauh
mana penyakit ini menyebar di Indonesia, dan kerja sama global diperlukan untuk
mengembangkan vaksin dan terapi guna mengatasi HMPV.

Posted in

Influenza A di Indonesia: Ancaman Nyata atau Hanya Perlu Kewaspadaan?

Influenza A in Indonesia: A Real Threat or Just a Need for Caution? Introduction Influenza…

Kenali dan Cegah Pneumonia di Indonesia

Pengantar tentang pneumonia Definisi pneumonia Pneumonia adalah kondisi inflamasi yang terjadi saat sesorang mengalami infeksi…

Mpox: An Evolving Threat – A Cause for Concern in Indonesia?

Monkeypox is rare but it has recently been in the news for its increase. It…